Friday, January 25, 2008

Fantasi

Aku duduk di depan layar komputer sambil melihat ke luar jendela. Jari-jariku seakan membeku di tengah lamunan. Bengong. Bengong. Bengong. Ketika pikiran mulai kosong, fantasi pelan-pelan menjalar menyusup ke terowongan imajinasi yang tak berujung. Fantasi terbang perlahan dan masuk ke sebuah lorong yang penuh coretan warna-warni. Ia mengendap-endap masuk melewati warna-warni yang menyala, terbang di antara lapisan kabut tipis.

Fantasi sampai di sebuah lorong kosong yang gelap, lalu cepat-cepat menorehkan warnanya di dinding lorong itu. Warna merah menyala keluar dari mulutnya, menorehkan terang dalam lorong yang gelap. Merah. Merah mengingatkanku kepadanya lagi, lagi, dan lagi. Merah warna cintaku padanya, warna hasrat yang dulu membara membakar air. Dulu. Dulu membara. Fantasi sibuk menoreh lorong itu dengan warna-warna yang membutakan mata, lalu ia berangsur pergi, menjalar keluar dari terowongan imajinasi.

Aku tersadar dari lamunan panjang. Langit memerah tanda matahari terbenam, meninggalkan kota ini sementara untuk mengunjungi belahan bumi lainnya. Matahari selalu setia untuk kembali menyinari kota ini di pagi hari, lagi, lagi, dan lagi. Ia pun begitu, selalu setia menyinari hatiku kala redup walaupun aku sudah meninggalkannya. Tetapi ia tetap setia bersinar tanpa tanya. Jariku mulai mengetik : M a t a h a r i h a t i .

Ya, dia adalah matahari hatiku. Kau adalah matahari hatiku.

No comments: